Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al-Hidayah Cicepuk

Pondok Pesantren Al-Hidayah Cicepuk



Awalnya areal Pondok Pesantren Al-Hidayah Cicepuk adalah satu kampung yang jauh dari pusat keagamaan. Bahkan untuk melaksanakan Shalat Jum’at pun harus jalan kaki sejauh kurang lebih 2 KM, tepatnya di kampung Pamoyanan.

Pada tahun 1947   Kiyai Nahrowi Nur Ansori datang dari Pasirkuda ke Kampung Cicepuk dengan alasan mempertahankan hidup dan syi’ar agama Islam dari pemberontakan DI/TII. Dalam keadaan belum kondusif, Kiyai Nahrowi dibantu masyarakat mendirikan sebuah bangun mesjid langgar berukuran 4 m x 6 m. Dan pada saat itulah Beliau mengadakan pengajian bersama anak-anak kampung dan warga masyarakat.

Pada Tahun 1950 Kiyai Nahrowi mendirikan DKM Al-Hidayah Cicepuk dan meperlebar ukuran mesjid menjadi 6 m x 7 m. Dan pada tahun 1981 Kiyai Nahrowi melaksanakan ibadah haji sendiri. Sementara isterinya yang bernama Yayat melaksanakan ibadah haji pada tahun 1997.

Pada tahun 1986 Kiyai Nahrowi dipercaya menjadi nadzir wakaf tanah seluas 200 m2 dari ma Iwin untuk pembangunan masjid dan madrasah. Dan pada tahun yang sama mempunyai mantu bernama Sobur Bunyamin yang menikah kepada Siti Juariyah yang merupakan anak yang ke 6 dari 12 bersaudara. Tak lama dari pernikahannya itu KH. Nahrowi dibantu masyarakat membangun sebuah pondok, dan pengajian rutinan santri dibantu oleh mantunya (Sobur Bunyamin) dan anaknya yang bernama Anwar. Pada tahun 1989 Sobur Bunyamin pindah ke Ciharum Sukanagara dan disana mendirikan sebuah pondok pesantren bernama Al-Mansurudin Abadan.

Pada tahun 1986 merupakan tahun-tahun perintisan pondok pesantren Al-Hidayah Cicepuk yang dibantu oleh mantunya (Sobur Bunyamin). Setelah Sobur Bunyamin pindah ke Ciharum dan Anwar pindah ke Rancabebek pada tahun 1988, pengajian para santri dibantu oleh cucunya yang bernama Abdul Latif  dan adiknya Husen anak dari Opah yang merupakan anak pertama KH. Nahrowi. Selain dibantu cucunya juga dibantu mantunya bernama Muhammad Sukmana yang menikah kepada Siti Rohimah anak ke 7, yang pindak ke  kampung Tegal Cibadak pada tahun 2003 dan mengamalkan ilmunya disana. Pada saat yang sama juga selain dibantu oleh cucu dan mantunya juga dibantu oleh para ustad dari luar kampung, yaitu Aep Saepudin dari kampung Pasirhalang dan Iwan Hidayat dari Kampung Citapen.

Pada tahun 1991 KH. Nahrowi kembali dipercaya sebagai nadzir wakaf sawah seluas 2.200 m2 yang berada di kampung Pamoyanan di bawah Gunung angka 7 dari ma Oliyah, sawah tersebut diperuntukan untuk kesejahteraan Kiyai DKM Al-Hidayah Cicepuk bukan mutlak untuk KH. Nahrowi.

Pada tahun 2006 mesjid kembali dirombak menjadi permanen dengan ukuran 9 m x 9 m, dan yang membantu pengajian para santri hanya Abdul Latif, Husen dan Iwan Hidayat, karena saat itu KH. Nahrowi sudah tidak kuat lagi karena sakit dan faktor usia. Pada tahun 2007 KH. Nahrowi meninggal dunia yang meninggalkan satu orang isteri dan 7 orang anak.

Pada tahun 2010 Hj. Yayat yang merupakan isteri dari KH. Nahrowi meninggal dunia, namun perjuangan syi’ar islam tetap berjalan seperti biasanya yang dilanjutkan oleh cucunya Abdul Latif, Husen dan dari luar kampung Iwan Hidayat.

Pada tahun 2013 pondok pesantren Al-Hidayah Cicepuk resmi mendapat piagam pondok pesantren dari Kementerian Agama Kabupaten Cianjur dengan NSPP 510032030002 berkat perjuangan Abdul Latif dan para tokoh masyarakat. Pada tahun 2014 merintis sebuah pendidikan non formal di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah Cicepuk yaitu Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Al-Hidayah Cicepuk yang dikepalai oleh Zainal Mukarom, S.Pd dan dibantu 9 orang guru. Pada tahun 2018 MDTA Al-Hidayah Cicepuk mendapat izin operasional dari Kementerian Agama Kabupaten Cianjur dengan NSDT 311232032307 di bawah naungan Yayasan Al-Hidayah Cibinong yang di ketuai oleh Usep, S.Pd.

Tahun 2018 pondok pesantren Al-Hidayah Cicepuk mengalami perkembangan yang signifikan dengan terus bertambahnya para santri. Dan sekarang pondok pesantren Al-hidayah Cicepuk dikelola oleh Abdul Latif beserta isteri yang bernama Yuyun Mintarsih, kedua anaknya yaitu Muhamad Thoha, S.Pd dan Nurhadin Syamsul Fallah, dan ustad dari luar kampung Husen (adik Abdul Latif) dan Iwan Hidayat. Pada bulan Agustus 2019 kembali bertambah tim pengasuh yaitu mantu Abdul Latif bernama Ningrat isteri dari Nurhadin Syamsul Fallah.

Pondok pesantren Al-Hidayah Cicepuk juga mendirikan Majelis Dzikir metode Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya yang diprakarsai oleh anak dari Abdul Latif yaitu Muhammad Thoha, S.Pd beserta isterinya Khaeroh.

Potret Kegiatan :










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pondok Pesantren Al-Hidayah Cicepuk